thumb
By retno 16 views 4 min read
Minggu, 02 November 2025

Pesantren Muhammadiyah Al-Furqon Gelar Meet & Greet Santri Baru

Spotlight

Materi yang diberikan mencakup berbagai aspek penting, antara lain ibadah (thoharoh, tata cara shalat, dzikir), akhlak (menghormati yang lebih tua, berkata baik, adab bercanda), kemandirian (melipat pakaian, kebersihan, menyetrika, menjaga barang pribadi), kebahasaan (kosakata baru, latihan pidato dalam tiga bahasa), serta pengenalan Hizbul Wathan. Selama program berjalan, para santri menunjukkan peningkatan pada bacaan Al-Qur’an (tahsin), keteraturan shalat berjamaah, kedisiplinan, kemandirian, dan kemampuan berbahasa. Meski demikian, masih ditemukan sejumlah kendala, seperti rasa rindu keluarga, kesulitan menjaga konsistensi ibadah sunnah, dan adaptasi terhadap aturan disiplin serta hidup bersama di pesantren. Untuk itu, pihak pesantren berharap dukungan penuh dari orang tua, baik dalam bentuk doa, keteladanan, komunikasi yang sehat dengan guru, maupun pembiasaan nilai-nilai pesantren di rumah. Sinergi antara keluarga dan pesantren diharapkan dapat menjaga serta mengembangkan pendidikan karakter dan spiritual santri.

Tasikmalaya, Ahad 24 Agustus 2025 / 1 Rabiul Awwal 1447 H –

Pesantren Muhammadiyah Al-Furqon Tasikmalaya

melaksanakan kegiatan Meet and Greet bersama orang tua santri baru tahun ajaran 2025–2026. Acara ini menjadi ajang silaturahmi sekaligus sarana pengenalan lingkungan pesantren, wali kelas, serta gambaran kegiatan pembelajaran yang akan dijalani para santri.

Rangkaian acara diawali dengan pengantar kegiatan dan informasi akademik yang disampaikan oleh Kepala Madrasah MTsS Al-Furqon, Ustadz M. Solihin, S.Pd. Dalam pemaparannya, beliau menjelaskan sistem Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), program ekstrakurikuler, serta mekanisme kewalikelasan yang akan mendampingi para santri dalam proses belajar dan pembinaan karakter. Beliau menegaskan bahwa komunikasi yang baik antara pihak pesantren dan orang tua menjadi faktor penting dalam mendukung perkembangan santri selama menempuh pendidikan di pesantren.

Selanjutnya, laporan dan informasi umum terkait kepengasuhan disampaikan oleh Koordinator Pembina Puteri, Ustadzah Sri Astuti, S.Pd. Beliau menjelaskan bahwa kegiatan 40 hari santri baru di Pesantren Muhammadiyah Al-Furqon terinspirasi dari kisah Nabi Musa yang melakukan mujahadah selama 40 hari. Program ini melatih santri agar dapat beradaptasi dengan kehidupan pesantren, meninggalkan kenyamanan rumah, dan membiasakan diri dengan disiplin, ibadah, serta lingkungan baru. Tujuan utama kegiatan ini adalah membentuk kebiasaan baik, menanamkan kesabaran dan kedisiplinan, serta memperkuat aspek spiritual.

Materi yang diberikan mencakup berbagai aspek penting, antara lain ibadah (thoharoh, tata cara shalat, dzikir), akhlak (menghormati yang lebih tua, berkata baik, adab bercanda), kemandirian (melipat pakaian, kebersihan, menyetrika, menjaga barang pribadi), kebahasaan (kosakata baru, latihan pidato dalam tiga bahasa), serta pengenalan Hizbul Wathan. Selama program berjalan, para santri menunjukkan peningkatan pada bacaan Al-Qur’an (tahsin), keteraturan shalat berjamaah, kedisiplinan, kemandirian, dan kemampuan berbahasa. Meski demikian, masih ditemukan sejumlah kendala, seperti rasa rindu keluarga, kesulitan menjaga konsistensi ibadah sunnah, dan adaptasi terhadap aturan disiplin serta hidup bersama di pesantren. Untuk itu, pihak pesantren berharap dukungan penuh dari orang tua, baik dalam bentuk doa, keteladanan, komunikasi yang sehat dengan guru, maupun pembiasaan nilai-nilai pesantren di rumah. Sinergi antara keluarga dan pesantren diharapkan dapat menjaga serta mengembangkan pendidikan karakter dan spiritual santri.

Acara kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari perwakilan orang tua santri baru, Bapak Dadan Alisundana, S.Sos., wali dari ananda Raudhoh kelas 1B. Dalam sambutannya, beliau mengungkapkan beberapa hal penting, di antaranya penciptaan lagu “Apa Itu Santri” yang terinspirasi dari sebutan Kota Santri, rasa syukur karena kekhawatiran sebagian orang tua tentang santri terkena penyakit kulit ketika mondok tidak terbukti di Al-Furqon, serta apresiasi terhadap pembinaan di pesantren yang menjunjung tinggi prinsip zero bullying. Beliau juga menekankan bahwa pendidikan pesantren adalah jalan yang tepat dalam menyiapkan generasi menuju Indonesia Emas 2045, dan menyampaikan rasa terima kasih kepada Pesantren Muhammadiyah Al-Furqon atas dedikasinya dalam mendidik para santri.

Puncak acara diisi dengan sambutan dan taujihat dari Mudir Pesantren, Ustadz Drs. H. Uum Syarif Usman. Dalam taujihatnya, beliau menegaskan bahwa menyekolahkan anak di pesantren bukan hanya sekadar pilihan pendidikan, melainkan wujud dari amanah kepada Allah. Anak adalah titipan yang harus dijaga dan diarahkan dengan sebaik-baiknya. Orang tua dituntut untuk mengenal dirinya terlebih dahulu agar dapat menempatkan prioritas hidup dan menentukan arah pendidikan anak dengan tepat. Perpisahan dengan anak pada awal mondok memang terasa berat, tetapi harus dipandang sebagai investasi kebaikan. Dengan bersikap tegar, ikhlas, tawakkal, dan percaya kepada Allah, orang tua akan mampu mendukung anak dalam menuntut ilmu.

Beliau menambahkan bahwa dukungan orang tua menjadi fondasi psikologis penting bagi santri. Ketika anak merasa didukung penuh, mereka akan lebih percaya diri, lebih cepat beradaptasi, dan memiliki ketahanan mental yang kuat. Dukungan tersebut berdampak nyata pada peningkatan motivasi belajar, semangat menghafal Al-Qur’an, penguatan karakter, serta prestasi akademik maupun spiritual. Orang tua diharapkan senantiasa memberi doa, perhatian emosional, dukungan finansial yang konsisten, serta teladan nyata dalam akhlak, ibadah, dan kesederhanaan. Selain itu, kolaborasi dengan pesantren melalui komunikasi dengan ustadz, musyrif, maupun pengasuh sangat penting untuk menyatukan visi pendidikan anak.

Suasana semakin haru ketika santri baru memasuki ruangan ASC dengan membawa bunga yang mereka serahkan kepada orang tua. Momen penuh kehangatan ini diiringi pembacaan puisi indah oleh Ustadzah Intan Sri Nurlina, menambah kesan mendalam bagi para orang tua dan santri.

Melalui kegiatan Meet and Greet ini, diharapkan terjalin sinergi yang kuat antara pesantren dan orang tua. Dengan kerja sama, komunikasi yang sehat, doa, dan keteladanan, para santri diharapkan dapat tumbuh menjadi pribadi yang berilmu, berakhlak mulia, mandiri, serta siap menghadapi tantangan kehidupan. Pendidikan pesantren tidak hanya membentuk kecerdasan intelektual, tetapi juga menanamkan nilai spiritual, moral, dan sosial yang kokoh sebagai bekal mereka di masa depan.


Komentar

blog comments powered by Disqus